Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah Diri

Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah Diri | Ayat ke 83 Ali ‘Imran merupakan pertanyaan, apakah mereka menghendaki selain agama Allah (dinullah) ini. Dengan demikian secara obyektif diakui oleh Allah sendiri di samping agama Allah (dinullah) ada agama selain dan Allah (ghairu dinilah). 



Artinya: 
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dan agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah din segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Ali ‘Imran ayat 83).

Oleh karena itu dalam sejarahnya, manusia mengenal dua macam agama, yaitu agama yang diciptakan oleh Allah dan agama hasil rekayasa manusia. Mengapa demikian ? 

Sebab dalam sejarahnya, manusia juga mengenal dua macam Tuhan, yaitu Tuhan Pencipta manusia dan Tuhan hasil ciptaan manusia. Hal ini dinyatakan dalam surat Al Baqarah ayat 21. 


Artinya : 
“Hal manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa”. 

Mafhum mukhalafah (yang dapat dipahami) dan ayat ini adalah janganlah menyembah Tuhan ciptaan manĂºsia. Dalam kehidupan manusia terdapat kenyataan yang memang tidak bisa dihindari, baik yang sifatnya menyenangkan atau yang tidak disenangi, dan kenyataan itu akan tetap berjalan sesuai dengan program Allah. 

Misalnya musibah, tidak ada seseorang yang mampu menghindari musibah. Dalam surat Al-Hadid ayat 22 dise butkan. 



Artinya:
“Tiada sua tu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian ¡tu adalah mudah bagi Allah “. 

Mau atau tidak, manusia hams taat dan tunduk terhadap kehendak dan aturan-Aliah, meskipun manusia juga diberi kebebasan untuk mengingkarinya. Misalnya ber-Tuhan atau beragama, silahkan ber-Tuhan kepada Allah atau kepada yang lain, dan beragama Islam atau beragama lain. Sebab tidak mung in manusia tidak ber-Tuhan dan tidak beragama, pasti ada alternatif, minimal mereka ber-Tuhan kepada hawa nafsunya dan beragarna kepada kepercayaannya.

Pada dasarnya ada ketetapan universal yang mau atau tidak kita akan terlibat di dalamnya. Itulah yang akan digambarkan di dalam ibadah haji. Kenapa harus thawaf mengelilingi ka’bah, bahwa kehidupan nianusia ini seperti membuat lingkaran. Lingkaran itu terbuat dan suatu titik yang melingkar dan akan kembali ke titik yang semula. 

Demikian juga lingkaran hidup manusia, karena datangnya dan Allah, maka akan kembali kepada-Nya juga. “Inna lillah wa inna ilaihi raji’un”. 

Gerakan sa’i dan Shafa ke Marwah pulang-pergi, meng gambarkan bahwa pada dasarnya kehidupan manusia itu berulang-ulang secara rutin, dan pagi ke sore sampai malam dan seterusnya, hanya untuk menunggu mati. 

Ujung dan perjalanan hidup manusia adalah maut. Dengan demikian, hidup hanya sekedar menunggu mati, sama seperti hewan. Bedanya manusia mempunyai akal, sehingga seharusnya manusia berfikir untuk apa, dan mana dan kemana setelah manusia hidup. 

Ibarat orang berjalan sudah mengetahui penjalanannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga selalu mendapat ketenangan, sebab sudah mengetahui apa yang akan tenjadi. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Fat-h ayat 4. 


Artinya: 
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-o rang yang mukmin “. 

Pada waktu di padang ‘Arafah orang hanya duduk bertafakkur, tetapi sebetulnya berfikir tentang keadaan. Ternyata ada tiga gerakan, yaitu melingkar, ulang-alik dan diam. Hal ini menggambankan bahwa semua benda tidak ada yang diam, minimal atomnya terus berjalan menurut orbitnya.

Itulah simbolisasi ibadah haji, oleh karena itu haji harus difahami makna dan hikmahnya tidak hanya ritualnya saja. Ibadah haji merupakan gladi resik untuk menghadap Allah, maka ibadah haji dimulai dengan memakai pakaian putih tanpa pakaian dalam dan segala atribut yang ada. Surat Yasin ayat 65 menjelaskan, 


Artinya: 
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan membeni kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. 

Kita akan kembali kepada Allah, oleh karena itu ber Tuhanlah kepada Allah dan berserah dirilah kepada-Nya, sehingga kita menghadap dengan jiwa yang tenang dan suci seperti ketika kita dilahirkan. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fajr 2 7-30.



Artinya: 
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas ¡agi diridloi-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku”. 

Dalam Islam ada ajaran netralisasi dan sterelisasi melalui taubat untuk menghapus dosa-dosa yang pernah kita perbuat, sehingga akhir hayat kita adalah Radliyatam Mardliy yah, minimal khusnul khatimah.

Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah Diri

Demikianlah Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah DiriJangan lupa shre kepada saudara - saudara kita agar kita semua dapat belajar. Sekian Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah Diri.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Khutbah Jumat - Allah Tempat Berserah Diri