KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT
Oleh : H. Nuruddin Sidik
Artinya:
" . . . Maka di antara manusia ada yang mendo‘a: “Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia “, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada yang mendo‘a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Mereka itulah orang orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya “. (Al-Baqarah 200,201 dan 202 )
Allah menjelaskan kepada segenap hamba-Nya, terutama kepada manusia yang beriman dan bertaqwa dalam arti yang sebenarnya, akan tujuan hidup seorang Muslim.
Ada sebagian manusia yang memohon kepada Allah kebahagiaan di dunia saja, padahal dunia itu sifatnya sementara. Hanya kenikmatan dunia yang mereka kejar dengan segala kemampuannya untuk memperoleh kesenangan dan kemewahan. Inilah manusia yang tidak akan memperoleh keb ahagiaan di akhirat kelak.
Sementara manusia lain, hamba Allah yang Mukmin dan Muslim, sadar bahwa apapun yang dimiliki semuanya tidak lebih hanya amanah dan titipan belaka. Mereka senantiasa bermunajat dan memohon kepada Allah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Inilah hamba Allah yang hidup dengan penuh keseimbangan, tidak hanyut oleh urusan dunianya, kesibukan dunianya tidak membuat lupa dan lalai untuk sujud dan bersyukur atas limpahan rahmat dan nikmat Allah Rabul ‘Aalamiin.
Mereka inilah yang dijaga dan sengatan api neraka, berkat kasih sayang dan ridha Allah semata.
Selaku manusia Mukmin dituntut untuk senantiasa memperhatikan masa depan. Dunia dengan segala macam fasilitas yang Allah limpahkan saat sekarang ini hendaklah dijadikan sebagai sarana untuk menuju kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.
Perjalanan kita sungguh panjang dan amat jauh. Dunia merupakan tempat untuk mempersiapkan diri dan suatu perjalanan yang sangat jauh dan panjang tak terbatas itu.
Rasulullah menyatakan dalam hadisnya “Addunya mazra’atul-akhirah”. Dunia ibarat sawah ladang untuk bercocok tanam, menaburkan bibit-bibit kebaikan diatasnya untuk dipetik hasil dan buahnya kelak di hadapan Allah.
Allah senantiasa membenikan peringatan-peningatan kep ada umat manusia, terutama hamba-Nya yang Mukmin bahwa dunia ini hanya permainan belaka. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Hadid 20 :
Artinya:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknva harta dan anak, . . “ (Al-Hadid 20).
Oleh karena itu kita dituntut agar mampu menampilkan permainan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tampilkan permainan yang menarik dan yang enak ditonton. Karena permainan kita akan dinilai oleh wasit dan hakim yang Maha Adil, Allah SWT, “Alaisallaahu biahkamil-haakimiin”, bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya.
Apapun yang kita lakukan di alam dunia ini tidak akan lepas dan pengawasan Allah, justru amal perbuatan itulah sebagai bahan penilaian di akhirat nanti.
Kalau Al-Quran menyatakan bahwa kehidupan dunia tidak lebih dan sebuah permainan yang bisa melalaikan tuj uan hidup manusia yang sebenarnya (hakiki) itu bukan bera rti Al-.Qur’an memandang kehidupan dunia remeh, dengan kata lain Islam tidak meremehkan kehidupan dunia akan tetapi Al-Qur’an memberikan peringatan agar kita tidak melupakan akhirat karena kenikmatan duniawi.
Apa saja yang kita miliki, baik jabatan, pangkat, harta benda yang meimpah ruah, anak keturunan dan kenikmatan-kenikmatan lain, jangan sampai melupakan kita untuk mengingat kebesaran dan kekuasaan Allah.
Suatu ketika Rasulullah memanggil sahabat Abdullah bin Mas’ud bercerita bahwa Rasulullah membuat garis lurus, lalu beliau bersabda: “Inilah jalan Allah yang harus kamu tempuh, ke sana kamu harus melangkahkan kakimu, ke sana yang harus kamu tuju”. Kemudian Rasulullah menjel askan kepada Abdullah bin Mas’ud, sambil membuat garis garis di samping garis lurus tadi. Rasul berkata: “Garis garis yang terletak di kanan-kiri garis lurus ini adalah beberapa jalan, hati-hati kamu Abdullah, karena di atas jalan-jalanku berdiri dengan tegar Syaithan yang selalu merayu, mengajak manusia menuju jalan-jalan yang simpang siur itu. Kamu jangan tergoda hal Abdullah bin Mas’ud”.
Suatu kenyataan sekarang ini, banyak manusia hanyut tergoda oleh Iblis (Syaithan). Sementara jalan yang mendapat petunjuk Allah mereka tinggalkan.
Rasulullah memberikan peringatan, ikuti jalan yang lurus ini, dapat dipahami karena Iblis dan Syaithan dengan herbagai macam cara bemsaha menggoyahkan tauhid dan keimanan seseorang.
Di akhir zaman ini Iblis (Syaithan) tidak hanya makhluk halus saja, akan tetapi lebih banyak dan sangat berbahaya Iblis (Syaithan) yang berwujud manusia.
Harta benda juga bisa berubah menjadi Iblis, manakala manusia dapat diperbudak oleh harta kekayaannya. Mereka hanyut terbawa arus yang berlaku di sekitarnya, tanpa memperhatilkan kepentingan agama. Jabatan dan kedudukanpun kalau salah memanfaatkan dan menggunakannya akan berubah menjadi godaan Iblis.
Penyelewengan terjadi karena kendall iman lepas yang menyebabkan tidak menentu arah yang dituju. Dengan demikian ketenangan batin dan kedamaian jiwa tidak akan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketenangan hidup dapat dinikmati manakala kita dekat dan ingat kepada Allah, “AIaa bidikrillaahi tathmainnul-quluub”.
Semiia yang kita miliki adalah amanah (titipan) Allah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak di hari kemudian. Berbuatlah untuk dunia seakan-akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akbirat seakan-akan mati esok hari. (Hadis).
KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT
Demikianlah khutbah jumat yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang kami sampaikan diatas dapat bermanfaat bagi Anda yang sedang membutuhkan. Apabila ada kesalahan mohon diperbaiki dan semoga bisa saling mengingatkan. Demikianlah Khutbah Jumat Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat.