Khutbah Jumat - Peraturan Allah Mutlak Kebenarannya | Rasulullah Muhammad diutus sebagai penutup Nabi dan Rasul adalah untuk mengemban tugas Ilahiyah, yakni sebagai pembawa agama Allah. Agama adalah peraturan-peraturan ciptaan Allah yang dibawa oleh Nabi untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia agar supaya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dunia sampai akhirat.
Artinya:
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci”. (Ash-Shaf 9).
Lantas yang menjadipertanyaan adalah: “Apakah manusia dengan segala kecerdasan otaknya tidak manipu membuat aturan-aturan sendiri untuk mengatur hidup dan kehidupannya, mengapa masih harus ada aturan-aturan Allah?”
Jawabnya adalah: Aturan-aturan yang dibuat manusia, walaupun bagus dan memang diperlukan dalam kehidupan ini, misalnya Aturan tentang keamanan, lalu lintas, pembangunan, kebersihan dan aturan-aturan lainnya, akan tetapi masih ada kelemahannya.
Kelemahan pertama adalah bahwa peraturan-peraturan produk manusia itu mudah berubah. Sekiranya peraturan itu sekarang dianggap jelek, mungkin sekian tahun kemudian akan dianggap baik.
Oleh karena itu harus ada peraturan yang tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan. Sekali dikatakan baik, sampal hari kiamat tetap dianggap baik. Sekali dikatakan jelek, sampai hari kiamat-pun dikatakan jelek. Peraturan yang tidak pernah berubah seperti itu sudah pasti bukan buatan manusia, itulah peraturan ciptaan Allah yakni agama yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah SAW.
Kelemahan kedua adalah bahwa peraturan buatan manusia mudah diperdayakan.
Oleh karena itu akhirat harus ada. Dan akhirat memang ada, yakni untuk membalas orang yang berbuat kebajikan dengan ganjaran berlipat ganda, dan untuk membalas orang yang berbuat jahat dengan siksa yang menyedihkan. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Az Zalzalah ayat 7 dan 8 :
Artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Dia-lah Allah yang membuat aturan adanya aichirat yang berlaku adil dan tidak ada satupun yang bisa lolos, sebab malaikat tidak bisa diajak kompromi.
Ternyata kepandaian saja tidak cukup, walaupun kepandaian itu sangat perlu, tetapi mutlak diperlukan agama untuk memberikan petunjuk dan bimbingan. Kalau ada seorang penjahat yang bodoh, tidak terlalu berbahaya, akan tetapi penjahat yang pintar, kejahatannya sangat canggih dan sangat luas akibat-akibatnya. Kepintaran yang tidak dilandasi oleh agama akan disalah gunakan untuk membodohi orang lain.
Ternyata kepintaran saja tidak menjamin sesorang menjadi baik, masyarakat menjadi aman. Agama mutlak diperlukan bagi hidup perorangan, masyarakat dan bangsa.
Al-hamduliulah di negara kita agama mendapat perhatian istimewa, terbukti dengan adanya departemen agama, dengan tugas utama memasyarakatkan agama dan mengagamakan masyarakat.
Landasan iMan dan taqwa tidak pernah tertinggal dan setiap peraturan dan kebijakan pemerintah. Taqwa adalah dIsiplin melaksanakan penintah-penintah Allah dan disiplin menghindarkan larangan-larangan Allah.
Itulah sebabnya pidato Bapak Presiden Republik Indonesia di depan Civitas Academica Universitas Indonesia pada tahun 1975, di Balai Sidang Jakarta, beliau menyatakan bahwa masyarakat Pancasila tidak lain adalah masyarakat yang sosialistis religius, masyarakat yang kegotong royongannya sangat kuat, religius, agamis.
Kehidupan kedinasan ternyata sukses tidaknya tidak hanya ditentukan kepintaran dan ketrampilan personil, canggihnya peralatan dan kerapihan prosedur yang diterapkan, akan tetapi juga ditentukan oleh moral dan akhlak yang luhur.
Prestasi kerja karyawan juga tidak cukup hanya dipenuhi kesejahteraan matriilnya saja, menurut teori menejemen modern dinyatakan bahwa prestasi kerja karyawan dapat ditingkatkan semaksimal mungkin jika di samping terpenuhi kesejahteraan materlil juga terpenuhi kesejahteraan spirituil.
Sebagai orang Islam harus meyakini kebenaran agamanya, tanpa menyalahkan agama lain. Allah menjelaskan dalam surat Ali ‘Imran ayat 19,
artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang ka fir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya “.
Juga dipertegas dengan ayat 85 Ali ‘Imran, artinya:
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Bukan berarti ekstrimis, sebab Islam adalah agama “Rahmatan lil’alamin”, mengajarkan persamaan, perdamaian dunia sampai akhirat.
Temyata seluruh peperangan yang dilaksanakan oleh Rasul adalah dalam rangka mempertahankan diri. Buktinya, walaupun Rasul sudah hijrah ke Madinah, toh orang-orang kafir Quraisy masih menyerangnya. Oleh karena itu, salah besar presepsi orang Barat yang mengatakan bahwa Islam disebarkan dengan tangan kanan pedang dan tangan kiri Al-Qur’an. Islam terpaksa harus jihad untuk mempertahankan diri. Sebab dalam beragama prinsip Islam adalah :
Artinya:
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”. (Al-Kaafiruun: 6)