Artinya:
“Maka karena itulah (mereka) kepada agama ¡tu, dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”. (Asy Syura 15).
Prinsip apakah yang seharusnya ditanamkan dalam jiwa dan dada seorang Mukmin dan Muslim, agar supaya menjadi hamba yang berkwalitas. Surat Asy-Syura ayat 15 di atas memberikan perincian prinsip seorang hamba dalam rangka meningkatkan kwalitasnya. Prinsip itu antara lain :
Pertama, tidak bosan-bosan meningkatkan seruan dan ajakan untuk beragama, kapan dan dimana saja kita berada, dalam kondisi dan situasi apapun. Dakwah tidak hanya tugas dan para ‘Ulama, tetapi siapapun dituntut untuk berdakwah agar mendapatkan predikat hamba yang berkwalitas. Dakwah dimaksud sesuai dengan profesi masing masing. Landasan berdakwah adalah agama. Ajak dan serulah istri, keluarga, tetangga kita agar mereka benar-benar berjalan di atas rel sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul Nya.
Syari’ah agama menjadi landasan berdakwah agar dakwah itu berkesan dan terarah. Syari’ah agama itu juga yang pernah diturunkan kepada Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. Dengan demikian misi dakwah Rasul dan pertama sampai Rasul terakhir adalah sama, yakni mengajak semua orang untuk bertauhid, mempunyai aqidah yang kuat. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ali ‘Imran ayat 19 :
Artinya:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” . (Ali imran 19).
Aqidah seperti inilah yang hams ditanamkan ke dada setiap Muslim, sehingga tidak pernah luntur oleh pengaruh apapun.
Kedua adalah prinsip istiqomah. lstiqomah adalah teguh terhadap pendirian, termasuk di dalam mempertahankan akidah, tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi, laksana batu karang yang berada dalam lautan yang tidak pernah tergoyahkan oleh dahsyatnya gelombang. Begitu seyogyanya prinsip kita menuju hamba Allah yang berkwalitas. Kadang-kadang di antara kita masih belum menampakkan kesepakatan pendapat, masih teijadi simpang siur, belum menunjukkan adanya prinsip istiqomah dalam beragama.
Ketiga, jangan mengikuti hawa nafsu ankara murka yang sengaja mau menghancurkan aqidah Islam.
Keempat, yakin dan percaya terhadap apa yang diturunkan oleh Allah, yakni Kitab Al-Qur’an sebagai dasar dan pegangan hidup.
Kelima, berlaku adil, yaitu meletakkan sesuatu pada tempat atau proporsi yang sebenarnya. Umur panjang yang diberikan Allah kita pergunakan sebagaimana mestinya, yakni untuk beribadah dan berbaktikepada Allah.
Keenam, berikrar bahwa Allah adalah Tuhan dan Pencipta kita semua. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu sekalian. Tiada Tuhan lain yang kita yakini kecuali hanya Allah.
Ketujuh, menegakkan prinsip toleransi ummat beragama. Bagi amal-amal kami, dan bagi kalian am al-amal kalian. Masing-masing mempertanggungjawabkan amal perbuat annya, menjaga kondisi untuk tidak saling mencela satu sama lainnya.
Amal-amal perbuatan yang dimaksud adalah, ibadah ibadah kami yang penuh dengan ridlo dan maghfirah Allah. Dan amal-amal kalian adalah perbuatan kalian yang penuh murka dan laknat Allah.
Jadi menurut susunan sastra arab, bahwa Firman Allah “Lakum diinukum waliyadiin” dan “Walanaa a’maalunaa walakum a’amaalukum”, itu seakan-akan mengandung pilihan dalam memilih agama dan dalam pelaksanaan ibadah. Akan tetapi ada konsekwensi pilihan itu, yakni silahkan kalian beribadah menurut cara agama kalian yang penuh dengan kutukan dan laknat Allah. Dan kami beribadah sesuai dengan ajaran agama kami yang penuh dengan ridlo Allah.
Kedelapan, hilangkan pertengkaran atau perdebatan antara kami dan kamu. Tidak usah dipaksakan adanya perdebatan dan pertengkaran di antara kita, semuanya sudah cukup jelas dan gamblang, karena nanti akan terlihat di hari akhirat siapa yang benar dan siapa yang salah
Kesembilan, kita yakin bahwa Allah nanti akan mengumpulkan kita di akhirat kelak. Di smi ada hari himpunan, ada hari pengadilan, ada hari timbangan. Disinilah proses peradilan yang sesungguhnya, kita tidak bisa inkar dan perbuatan kita, mana yang hak dan mana yang batil akan terlihat jelas. Berkwalitas atau tidak, konsisten atau tidak, di pengadilan Allah akan terjawab dan terbukti, dan kita semua akan menyaksikan.
Dan kesepuluh, bahwa kita akan dikembalikan kepada yang menciptakan kita, yakni Allah SWT.
Sepuluh prinsip inilah, kita pergunakan sebagai bahan renungan dan kajian, agar kita termasuk hamba Allah yang berkwalitas.